Artikel kali ini membahas tentang Informasi Budaya Kerja Orang Jepang, mari kita simak bahasannya berikut :
Kecepatan dan keakuratan (kualitas) menjadi 2 hal yang harus dimiliki oleh setiap organisasi baik itu organisasi profit maupun non-profit, agar bisa bertahan dan berkesinambungan di tengah perputaran informasi dan teknologi yang sangat cepat.
Namun aktualnya, 2 hal tersebut tidak semerta-merta dapat terwujud begitu saja. Setiap faktor penggerak organisasi harus saling bersinergi dan memiliki kapasitas untuk dapat mendukung terwujudnya gerak organisasi yang cepat dan akurat.
Apapun bentuk organisasi yang ada, pondasi utama yang menggerakannya adalah Manusia. Jika ditelusuri ke titik awal maka kita dapat menemui 2 faktor utama pembentuk Manusia yang berkualitas, yaitu, Pengetahuan (knowledge) dan Keahlian (skill) atau sering juga diistilahkan dengan KnowHow.
Salah satu pengetahuan yang penting untuk dimiliki oleh tiap elemen organisasi (karyawan, direksi, stakeholder) adalah tentang Budaya Kerja Organisasi Maju dan membiasakan budaya kerja tersebut sebagai bentuk penguasaan (skill).
Organisasi maju yang saya maksud adalah organisasi/perusahaan yang mampu menghasilkan barang/servis berkualitas tinggi dengan kecepatan tinggi pula.
Untuk itu, sebagai perwakilan budaya kerja organisasi maju, maka tidaklah salah kalau kita menilik atau lebih tepatnya menganalisa tentang budaya kerja masyarakat Jepang.
Apa sebenarnya pola pikir dasar dan budaya kerja masyarakat Jepang sehingga mereka bisa menghasilkan produk berkualitas tinggi dan dengan kecepatan yang tinggi pula? Saya akan menyajikan dari satu sudut yang berbeda, mari kita simak..
1. Membukukan “Otak” dan “Otot”
Poin ini adalah salah satu basic thinking yang dimiliki orang Jepang (organisasi di Jepang) dan benar-benar dilakukan dengan maksimal. Seiring waktu dan pergantian generasi, orang yang memiliki pengetahuan dan keahlian akan menua dan berhenti. Apabila “otak”(red:pengetahuan) dan “otot”(red:keahlian) mereka tidak rajin dibukukan dalam bentuk manual, materi, foto, video dan bentuk rekam lainnya maka berhentinya mereka jadi awal putusnya pengetahuan dan knowledge yang dimiliki organisasi. Dengan begitu pondasi perlahan merapuh dan berimbas pada melemahnya kekuatan organisasi secara keseluruhan.
2. Manualisasi (transfer ilmu)
Tidak hanya pengalaman senior yang mereka bukukan, tetapi segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan akan mereka bukukan secara maksimal hingga hal yang kecil. Misalnya, bagaimana cara melakukan meeting yang benar, bagaimana cara menulis notulen yang efektif dan poin penting minimal yang harus ditulis. Terutama untuk hal yang basic.
3. Tettei shita Kyouiku (Training secara maksimal)
Training tidak selalu menyebut kegiatan transfer ilmu yang diberi subjek Training ini dan training itu. Namun kegiatan training sesungguhnya yang dilakukan oleh pelaku organisasi di Jepang adalah menyertakan junior (orang-orang yang baru masuk atau belum berpengalaman) bersama seniornya untuk ikut banyak pekerjaan. Memperlihatkan dan menjelaskan pada mereka secara detil kemudian memberi kesempatan pada junior untuk melakukan pekerjaan sendiri dengan di bawah pengawasan hingga akhirnya junior ini memiliki skill dan bisa bekerja mandiri.
Senior memiliki kemampuan mengajarkan secara bertahap, mampu menjelaskan secara detil, mengajarkan trik-trik khusus dalam bekerja dan sudah tentu mengajarkan manual yang telah mereka buat sebelumnya.
4. Pola pikir yang mendarah daging “What`s the next step?” and “What should I do?”
Ini pola pikir yang membuat kerja mereka cepat, mereka mengenyahkan sikap saling menyalahkan dan saling lempar tanggung jawab. Pada hakikatnya mereka memahami bahwa masalah wajar saja muncul di tengah kerja, namun masalah tersebut dianalisa bukan untuk mencari siapa yang bersalah tetapi dicari jalan keluar bersama. Setiap bagian memperjelas tanggung jawabnya masing-masing sehingga mereka jelas apa yang harus dikerjakan, ketika terbentur masalah dengan segera dikomunikasikan dengan atasan atau pihak-pihak terkait.
Pola pikir ini dibekali dengan kemampuan bertanya yang baik, dan pekerja yang melakukan pekerjaan harus merekam pekerjaannya dalam bentuk data, dan yang lainnya secara detil dan akurat.
5. Apa dasarnya?
Mereka akan malu mengajukan pendapat, menjawab sesuatu, melaporkan sesuatu yang terkait pekerjaan kalau tidak ada dasar yang valid (terpercaya). Baik itu data dan materi yang akurat maupun pengalaman kerja orang-orang yang kompeten.
6. Planning yang hebat
Sejak awal mereka dilatih untuk membuat rencana yang matang sebelum bekerja. Tidak hanya pekerjaan besar, pekerjaan-pekerjaan kecilpun mereka dibiasakan untuk merencanakannya terlebih dahulu. Mereka memprediksikan lebih dulu kemungkinan-kemungkinan kendala yang akan dihadapi sehingga mereka juga mempersiapkan beberapa jalur/cara untuk menyelesaikan pekerjaannya.
7. Senior & Junior
Jepang salah satu Negara yang kental dengan senioritas. Yang muda patuh pada yang tua. Sistem ini sudah menjadi sistem keseluruhan masyarakat Jepang, yang senior wajib mengajari juniornya dan berhak dihormati. Junior wajib menghormati dan mengikuti dan berhak untuk diajari.
8. Communication skill
Bagi yang pernah belajar di jepang atau setidaknya tinggal di Jepang dalam waktu yang agak lama akan tahu bahwa sejak pendidikan dini mereka diajarkan (dari sekolah dan lingkungan) bagaimana cara berkomunikasi yang baik, dimulai dari cara berbahasa berdasar lawan bicaranya, cara meminta tolong yang baik, cara menyampaikan sesuatu yang tidak menyinggung orang lain, dsb.
Dengan kemampuan komunikasi ini sangat meminimalisir perselisihan saat bekerja dengan orang lain. Yang juga berefek positif terwujudnya kerjasama yang baik dan lingkungan kerja yang ringan untuk berkomunikasi.
9. Make clear (perjelas)
Jangan buat pekerjaan serba mengambang, jangan biarkan pekerja mengira-ngira sendiri.
Perjelas apa yang harus dilakukan, siapa yang bertanggung jawab, sampai kapan harus dikerjakan, dengan siapa harus bekerjasama, bagaimana alur mengerjakannya. Ketidak jelasan adalah awal saling menyalahkan dan lempar tanggung jawab.
Demikian 9 poin penting pola pikir dan budaya masyarakat jepang dalam bekerja pada satu organisasi/perusahaan.
Mudah-mudahan bermanfaat bagi anda yang sedang berusaha memperbaiki budaya kerja negeri ini.
Salam perubahan.
Ditulis oleh,
Gagat sukmono, B.Eng
(Pendidikan S1 teknik di Jepang dan bekerja di perusahaan Jepang sejak 2009)
Demikian Informasi Budaya Kerja Orang Jepang semoga bermanfaat, baca juga artikel>> Rahasia kesuksesan orang jepang
Kecepatan dan keakuratan (kualitas) menjadi 2 hal yang harus dimiliki oleh setiap organisasi baik itu organisasi profit maupun non-profit, agar bisa bertahan dan berkesinambungan di tengah perputaran informasi dan teknologi yang sangat cepat.
Namun aktualnya, 2 hal tersebut tidak semerta-merta dapat terwujud begitu saja. Setiap faktor penggerak organisasi harus saling bersinergi dan memiliki kapasitas untuk dapat mendukung terwujudnya gerak organisasi yang cepat dan akurat.
Apapun bentuk organisasi yang ada, pondasi utama yang menggerakannya adalah Manusia. Jika ditelusuri ke titik awal maka kita dapat menemui 2 faktor utama pembentuk Manusia yang berkualitas, yaitu, Pengetahuan (knowledge) dan Keahlian (skill) atau sering juga diistilahkan dengan KnowHow.
Salah satu pengetahuan yang penting untuk dimiliki oleh tiap elemen organisasi (karyawan, direksi, stakeholder) adalah tentang Budaya Kerja Organisasi Maju dan membiasakan budaya kerja tersebut sebagai bentuk penguasaan (skill).
Organisasi maju yang saya maksud adalah organisasi/perusahaan yang mampu menghasilkan barang/servis berkualitas tinggi dengan kecepatan tinggi pula.
Untuk itu, sebagai perwakilan budaya kerja organisasi maju, maka tidaklah salah kalau kita menilik atau lebih tepatnya menganalisa tentang budaya kerja masyarakat Jepang.
Apa sebenarnya pola pikir dasar dan budaya kerja masyarakat Jepang sehingga mereka bisa menghasilkan produk berkualitas tinggi dan dengan kecepatan yang tinggi pula? Saya akan menyajikan dari satu sudut yang berbeda, mari kita simak..
1. Membukukan “Otak” dan “Otot”
Poin ini adalah salah satu basic thinking yang dimiliki orang Jepang (organisasi di Jepang) dan benar-benar dilakukan dengan maksimal. Seiring waktu dan pergantian generasi, orang yang memiliki pengetahuan dan keahlian akan menua dan berhenti. Apabila “otak”(red:pengetahuan) dan “otot”(red:keahlian) mereka tidak rajin dibukukan dalam bentuk manual, materi, foto, video dan bentuk rekam lainnya maka berhentinya mereka jadi awal putusnya pengetahuan dan knowledge yang dimiliki organisasi. Dengan begitu pondasi perlahan merapuh dan berimbas pada melemahnya kekuatan organisasi secara keseluruhan.
2. Manualisasi (transfer ilmu)
Tidak hanya pengalaman senior yang mereka bukukan, tetapi segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan akan mereka bukukan secara maksimal hingga hal yang kecil. Misalnya, bagaimana cara melakukan meeting yang benar, bagaimana cara menulis notulen yang efektif dan poin penting minimal yang harus ditulis. Terutama untuk hal yang basic.
3. Tettei shita Kyouiku (Training secara maksimal)
Training tidak selalu menyebut kegiatan transfer ilmu yang diberi subjek Training ini dan training itu. Namun kegiatan training sesungguhnya yang dilakukan oleh pelaku organisasi di Jepang adalah menyertakan junior (orang-orang yang baru masuk atau belum berpengalaman) bersama seniornya untuk ikut banyak pekerjaan. Memperlihatkan dan menjelaskan pada mereka secara detil kemudian memberi kesempatan pada junior untuk melakukan pekerjaan sendiri dengan di bawah pengawasan hingga akhirnya junior ini memiliki skill dan bisa bekerja mandiri.
Senior memiliki kemampuan mengajarkan secara bertahap, mampu menjelaskan secara detil, mengajarkan trik-trik khusus dalam bekerja dan sudah tentu mengajarkan manual yang telah mereka buat sebelumnya.
4. Pola pikir yang mendarah daging “What`s the next step?” and “What should I do?”
Ini pola pikir yang membuat kerja mereka cepat, mereka mengenyahkan sikap saling menyalahkan dan saling lempar tanggung jawab. Pada hakikatnya mereka memahami bahwa masalah wajar saja muncul di tengah kerja, namun masalah tersebut dianalisa bukan untuk mencari siapa yang bersalah tetapi dicari jalan keluar bersama. Setiap bagian memperjelas tanggung jawabnya masing-masing sehingga mereka jelas apa yang harus dikerjakan, ketika terbentur masalah dengan segera dikomunikasikan dengan atasan atau pihak-pihak terkait.
Pola pikir ini dibekali dengan kemampuan bertanya yang baik, dan pekerja yang melakukan pekerjaan harus merekam pekerjaannya dalam bentuk data, dan yang lainnya secara detil dan akurat.
5. Apa dasarnya?
Mereka akan malu mengajukan pendapat, menjawab sesuatu, melaporkan sesuatu yang terkait pekerjaan kalau tidak ada dasar yang valid (terpercaya). Baik itu data dan materi yang akurat maupun pengalaman kerja orang-orang yang kompeten.
6. Planning yang hebat
Sejak awal mereka dilatih untuk membuat rencana yang matang sebelum bekerja. Tidak hanya pekerjaan besar, pekerjaan-pekerjaan kecilpun mereka dibiasakan untuk merencanakannya terlebih dahulu. Mereka memprediksikan lebih dulu kemungkinan-kemungkinan kendala yang akan dihadapi sehingga mereka juga mempersiapkan beberapa jalur/cara untuk menyelesaikan pekerjaannya.
7. Senior & Junior
Jepang salah satu Negara yang kental dengan senioritas. Yang muda patuh pada yang tua. Sistem ini sudah menjadi sistem keseluruhan masyarakat Jepang, yang senior wajib mengajari juniornya dan berhak dihormati. Junior wajib menghormati dan mengikuti dan berhak untuk diajari.
8. Communication skill
Bagi yang pernah belajar di jepang atau setidaknya tinggal di Jepang dalam waktu yang agak lama akan tahu bahwa sejak pendidikan dini mereka diajarkan (dari sekolah dan lingkungan) bagaimana cara berkomunikasi yang baik, dimulai dari cara berbahasa berdasar lawan bicaranya, cara meminta tolong yang baik, cara menyampaikan sesuatu yang tidak menyinggung orang lain, dsb.
Dengan kemampuan komunikasi ini sangat meminimalisir perselisihan saat bekerja dengan orang lain. Yang juga berefek positif terwujudnya kerjasama yang baik dan lingkungan kerja yang ringan untuk berkomunikasi.
9. Make clear (perjelas)
Jangan buat pekerjaan serba mengambang, jangan biarkan pekerja mengira-ngira sendiri.
Perjelas apa yang harus dilakukan, siapa yang bertanggung jawab, sampai kapan harus dikerjakan, dengan siapa harus bekerjasama, bagaimana alur mengerjakannya. Ketidak jelasan adalah awal saling menyalahkan dan lempar tanggung jawab.
Demikian 9 poin penting pola pikir dan budaya masyarakat jepang dalam bekerja pada satu organisasi/perusahaan.
Mudah-mudahan bermanfaat bagi anda yang sedang berusaha memperbaiki budaya kerja negeri ini.
Salam perubahan.
Ditulis oleh,
Gagat sukmono, B.Eng
(Pendidikan S1 teknik di Jepang dan bekerja di perusahaan Jepang sejak 2009)
Demikian Informasi Budaya Kerja Orang Jepang semoga bermanfaat, baca juga artikel>> Rahasia kesuksesan orang jepang
Bagi Anda yang ingin bekerja di jepang, Anda bisa mengikuti seleksi pemagangan melalui jalur non imm langsung berdasarkan perusahaan penerima di jepang/Accepting organization pendaftaran dapat dilakukan secara Online dengan mengakses tautan dibawah »
Kecepatan dan keakuratan (kualitas) menjadi 2 hal yang harus dimiliki oleh setiap organisasi baik itu organisasi profit maupun non-profit, agar bisa bertahan dan berkesinambungan di tengah perputaran informasi dan teknologi yang sangat cepat.
Namun aktualnya, 2 hal tersebut tidak semerta-merta dapat terwujud begitu saja. Setiap faktor penggerak organisasi harus saling bersinergi dan memiliki kapasitas untuk dapat mendukung terwujudnya gerak organisasi yang cepat dan akurat.
Apapun bentuk organisasi yang ada, pondasi utama yang menggerakannya adalah Manusia. Jika ditelusuri ke titik awal maka kita dapat menemui 2 faktor utama pembentuk Manusia yang berkualitas, yaitu, Pengetahuan (knowledge) dan Keahlian (skill) atau sering juga diistilahkan dengan KnowHow.
Salah satu pengetahuan yang penting untuk dimiliki oleh tiap elemen organisasi (karyawan, direksi, stakeholder) adalah tentang Budaya Kerja Organisasi Maju dan membiasakan budaya kerja tersebut sebagai bentuk penguasaan (skill).
Organisasi maju yang saya maksud adalah organisasi/perusahaan yang mampu menghasilkan barang/servis berkualitas tinggi dengan kecepatan tinggi pula.
Untuk itu, sebagai perwakilan budaya kerja organisasi maju, maka tidaklah salah kalau kita menilik atau lebih tepatnya menganalisa tentang budaya kerja masyarakat Jepang.
Apa sebenarnya pola pikir dasar dan budaya kerja masyarakat Jepang sehingga mereka bisa menghasilkan produk berkualitas tinggi dan dengan kecepatan yang tinggi pula? Saya akan menyajikan dari satu sudut yang berbeda, mari kita simak..
1. Membukukan “Otak” dan “Otot”
Poin ini adalah salah satu basic thinking yang dimiliki orang Jepang (organisasi di Jepang) dan benar-benar dilakukan dengan maksimal. Seiring waktu dan pergantian generasi, orang yang memiliki pengetahuan dan keahlian akan menua dan berhenti. Apabila “otak”(red:pengetahuan) dan “otot”(red:keahlian) mereka tidak rajin dibukukan dalam bentuk manual, materi, foto, video dan bentuk rekam lainnya maka berhentinya mereka jadi awal putusnya pengetahuan dan knowledge yang dimiliki organisasi. Dengan begitu pondasi perlahan merapuh dan berimbas pada melemahnya kekuatan organisasi secara keseluruhan.
2. Manualisasi (transfer ilmu)
Tidak hanya pengalaman senior yang mereka bukukan, tetapi segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan akan mereka bukukan secara maksimal hingga hal yang kecil. Misalnya, bagaimana cara melakukan meeting yang benar, bagaimana cara menulis notulen yang efektif dan poin penting minimal yang harus ditulis. Terutama untuk hal yang basic.
3. Tettei shita Kyouiku (Training secara maksimal)
Training tidak selalu menyebut kegiatan transfer ilmu yang diberi subjek Training ini dan training itu. Namun kegiatan training sesungguhnya yang dilakukan oleh pelaku organisasi di Jepang adalah menyertakan junior (orang-orang yang baru masuk atau belum berpengalaman) bersama seniornya untuk ikut banyak pekerjaan. Memperlihatkan dan menjelaskan pada mereka secara detil kemudian memberi kesempatan pada junior untuk melakukan pekerjaan sendiri dengan di bawah pengawasan hingga akhirnya junior ini memiliki skill dan bisa bekerja mandiri.
Senior memiliki kemampuan mengajarkan secara bertahap, mampu menjelaskan secara detil, mengajarkan trik-trik khusus dalam bekerja dan sudah tentu mengajarkan manual yang telah mereka buat sebelumnya.
4. Pola pikir yang mendarah daging “What`s the next step?” and “What should I do?”
Ini pola pikir yang membuat kerja mereka cepat, mereka mengenyahkan sikap saling menyalahkan dan saling lempar tanggung jawab. Pada hakikatnya mereka memahami bahwa masalah wajar saja muncul di tengah kerja, namun masalah tersebut dianalisa bukan untuk mencari siapa yang bersalah tetapi dicari jalan keluar bersama. Setiap bagian memperjelas tanggung jawabnya masing-masing sehingga mereka jelas apa yang harus dikerjakan, ketika terbentur masalah dengan segera dikomunikasikan dengan atasan atau pihak-pihak terkait.
Pola pikir ini dibekali dengan kemampuan bertanya yang baik, dan pekerja yang melakukan pekerjaan harus merekam pekerjaannya dalam bentuk data, dan yang lainnya secara detil dan akurat.
5. Apa dasarnya?
Mereka akan malu mengajukan pendapat, menjawab sesuatu, melaporkan sesuatu yang terkait pekerjaan kalau tidak ada dasar yang valid (terpercaya). Baik itu data dan materi yang akurat maupun pengalaman kerja orang-orang yang kompeten.
6. Planning yang hebat
Sejak awal mereka dilatih untuk membuat rencana yang matang sebelum bekerja. Tidak hanya pekerjaan besar, pekerjaan-pekerjaan kecilpun mereka dibiasakan untuk merencanakannya terlebih dahulu. Mereka memprediksikan lebih dulu kemungkinan-kemungkinan kendala yang akan dihadapi sehingga mereka juga mempersiapkan beberapa jalur/cara untuk menyelesaikan pekerjaannya.
7. Senior & Junior
Jepang salah satu Negara yang kental dengan senioritas. Yang muda patuh pada yang tua. Sistem ini sudah menjadi sistem keseluruhan masyarakat Jepang, yang senior wajib mengajari juniornya dan berhak dihormati. Junior wajib menghormati dan mengikuti dan berhak untuk diajari.
8. Communication skill
Bagi yang pernah belajar di jepang atau setidaknya tinggal di Jepang dalam waktu yang agak lama akan tahu bahwa sejak pendidikan dini mereka diajarkan (dari sekolah dan lingkungan) bagaimana cara berkomunikasi yang baik, dimulai dari cara berbahasa berdasar lawan bicaranya, cara meminta tolong yang baik, cara menyampaikan sesuatu yang tidak menyinggung orang lain, dsb.
Dengan kemampuan komunikasi ini sangat meminimalisir perselisihan saat bekerja dengan orang lain. Yang juga berefek positif terwujudnya kerjasama yang baik dan lingkungan kerja yang ringan untuk berkomunikasi.
9. Make clear (perjelas)
Jangan buat pekerjaan serba mengambang, jangan biarkan pekerja mengira-ngira sendiri.
Perjelas apa yang harus dilakukan, siapa yang bertanggung jawab, sampai kapan harus dikerjakan, dengan siapa harus bekerjasama, bagaimana alur mengerjakannya. Ketidak jelasan adalah awal saling menyalahkan dan lempar tanggung jawab.
Demikian 9 poin penting pola pikir dan budaya masyarakat jepang dalam bekerja pada satu organisasi/perusahaan.
Mudah-mudahan bermanfaat bagi anda yang sedang berusaha memperbaiki budaya kerja negeri ini.
Salam perubahan.
Ditulis oleh,
Gagat sukmono, B.Eng
(Pendidikan S1 teknik di Jepang dan bekerja di perusahaan Jepang sejak 2009)
Demikian Informasi Budaya Kerja Orang Jepang semoga bermanfaat, baca juga artikel>> Rahasia kesuksesan orang jepang
Bagi Anda yang ingin bekerja di jepang, Anda bisa mengikuti seleksi pemagangan melalui jalur non imm langsung berdasarkan perusahaan penerima di jepang/Accepting organization pendaftaran dapat dilakukan secara Online dengan mengakses tautan dibawah »